Rabu, 18 September 2013

Masalah & Kebutuhan ATD Serta Dasar & Peran Ilmu Bedah Ortopedi



A.    Permasalahan Anak Tunadaksa
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada anggota gerak seperti tulang, sendi, maupun otot. Menurut Samuel A kirk(1986) yang dialihbahasakan oleh Moh. Amin dan Ina Yusuf kusumah (1991:3)mengemukakan bahwa seseorang dikatakan anak tunadaksa jika kondisi fisik atau kesehatan mengganggu kemampuan – kemampuan anak untuk berperan aktif dalam kegiatan sehari – hari, sekolah atau rumah. Beberapa ciri anak tunadaksa yaitu terrdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari  biasa, mengalami kesulitan dalam gerakan.
Dari beberapa ciri tersebut anak tunadaksa pasti memiliki masalah, baik dalam fisik, phsikis maupun sosialnya. Beberapa masalah yang terjadi pada anak tunadaksa yaitu:
1.      Fisik
Masalah fisik yang terjadi pada anak tunadaksa dapat berupa kelumpuhan anggota gerak atas, bawah, atau pada otot-otot penegak tulang punggung yang bisa terjadi sebagian atau keseluruhan. Masalah lainnya yaitu anggota gerak yang lumpuh lebih pendek dari yang tidak lumpuh, kaku sendi (kontraktur) yaitu sendi tidak dapat digerakkan, ditekuk atau diluruskan sebagian atau seluruhnya, ada pula terjadi perubahan bentuk pada panggul dan tulang punggung. Dan dikarenakan adanya masalah tersebut terjadi gangguan pada fungsi mobilisasi, mulai dari gangguan berguling, merangkak, duduk, berdiri, berjalan, meraih dan memegang atau menggenggam.
2.      Phsikis
Ditinjau dari aspek psikologis anak tunadaksa cenderung merasa apatis, malu, rendah diri, sensitif dan kadang-kadang pula muncul sikap egois terhadap lingkungannya yang disebabkan oleh perkembangan dan pembentukan pribadi yang kurang didukung oleh lingkungan sekitar. Keadaan seperti ini mempengaruhi kemampuan dalam hal sosialisasi dan interaksi sosial terhadap lingkungan sekitarnya atau dalam pergaulan sehari-harinya.



3.      Sosial
      Reaksi masyarakat terhadap kelainan ATD sangat bervariasi, pada umumnya lebih banyak yang cenderung bernada negatife.Reaksi masyarakat yang negatife ini sudah tentu dipengaruhi oleh pandangan mereka atau bagaimana mereka menilai ATD.

B.     Kebutuhan Anak Tunadaksa
Anak tunadaksa walaupun memiliki kekurangan dan hambatan, namun mereka seperti anak-anak pada umumnya yang memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi. Perbedaannya yaitu kebutuhan mereka lebih mengacu pada masalah yang dialami anak. Kebutuhan anak tunadaksa antara lain:
1.      Kebutuhan Komunikasi
Kebutuhan komunikasi secara lisan, tulisan, maupun menggunakan isyarat merupakan prioritas utama dalam memenuhi kebutuhan anak tunadaksa. Untuk hal ini diperlukan pelatihan dari ahli terapi bicara agar anak tunadaksa dapat berkomunikasi dengan orang lain.
2.      Kebutuhan Mobilisasi
Kebutuhan mobilisasi meliputi serangkaian gerakan dari berguling, telungkup, merangkak, duduk, berdiri, dan berjalan menempuh jarak tertentu, dan berpindah tempat.
3.      Kebutuhan ADL
Kebutuhan memelihara diri sendiri erat dengan hubungannya dengan kemampuan fungsi tangan. Hilangnya bagian tangan baik akibat cacat lahir atau diperoleh akan diganti dengan prothesa dan kelemahan yang permanen akan dibantu dengan alat pembantu seperti orthosis/splint, sehingga lebih kuat atau mendekati normal. usaha mengembalikan fungsi baik untuk aktivitas kehidupan sehari-hari maupun untuk keterampilan dibutuhkan penanganan okupasi terapi.
4.      Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial berupa sikap dan perhatian dari keluarga dan lingkungan terhadap anak tunadaksa yang dapat mendorong yang bersangkutan untuk berusaha meningkatkan kemampuannya.
5.      Kebutuhan Psikologis
Efek dari ketunadaksaan kadang menimbulkan sikap yang berlebihan pada keluarga dan juga trauma phikis yang dialami seorang tunadaksa. Konsltasi dengan seorang psikolog merupakan usaha untuk mengubah sikap tersebut.
6.      Kebutuhan Pendidikan
Bagi anak tunadaksa yang memiliki kemampuan mengikuti pendidikan, penyaluruan ke pendidikan umum atau khusus merupakan usaha memenuhi kebutuhan akan pendidikan.
7.      Kebutuhan Kekaryaan/Pekerjaan
Kebutuhan pekerjaan bagi tunadaksa meliputi yang belum maupun sudah pernah bekerja. Bagi yang pernah bekerja mengembalikan secara maksimal kepada fungsi tugas seperti semula atau memodifikasi pekerjaan. Untuk yang belum pernah bekerja diberikan pendidikan keterampilan sesuai dengan bakat dan kemampuan untuk berwirausaha atau bekerja di instansi pemerintah atau swasta.

C.    Dasar Ilmu Bedah Ortopedi
Pada awalnya ilmu ortopedi berfokus pada keadaan salah bentuk tubuh pada seseorang. Segala upaya ditunjukkan untuk memperbaiki salah bentuk tersebut. Pada saat itu jarang sekali orang memikirkan tentang hubungan antara salah bentuk dan fungsi fisiologis pada keadaan salah bentuk tadi. Badan manusia dianggap sebagai suatu sistem yang hanya mengikuti hukum mekanika, dan hukum mekanika ini dianggap sebagai satu-satunya faktor yang mengakibatkan salah bentuk. Hal ini seakan-akan ilmu ortopedi dikuasai oleh ilmu morfolagi mekanika.
Teori Darwin yang diantaranya menjelaskan tentang hubungan morfologi dan cara hidup mempengaruhi pikiran orang-orang yang melihat ilmu ortopedi hanya dari sudut morfologi. Kemudian timbullah pandangan baru bahwa salah bentuk juga ada hubungannya dengan kekuatan dan gaya gerak yang disebabkan adanya otot-otot pada tubuh manusia. Beberapa ahli ortopedi merasa belum puas dengan pendapat di atas. Mereka berpendapat bahwa di dalam tubuh manusia, selain gaya berat melalui hukum mekanika dan gaya tarik menarik otot melalui kinetika masih terdapat faktor biologis yang menentukan bentuk tubuh.
Di dalam tubuh terjadi pertumbuhan dan regenerasi sel-sel dalam jaringan. Tumbuh dan mati merupakan hukum biologis dan hal ini penting dalam menentukan bentuk tubuh, terutama pada anak-anak yang baru lahir dan belum banyak faktor mekanika dan kinetika. Demikian juga salah bentuk yang terjadi akibat kelainan pada tulang. Semua itu merupakan faktor bioligis.
Dengan demikian salah bentuk yang terjadi pada tubuh manusia merupakan akibat dari berbagai macam sebab. Pertama karena pengaruh mekanika dan kinetika, lalu yang kedua karena pengaruh biologis. Ilmu kinetika atau kinesiologi adalah ilmu yang merupakan dasar utama di dalam ilmu ortopedi. Kinesiologi ini disusun atas beberapa ilmu, diantaranya yaitu osteologi, miologi atau ilmu tentang otot, morfologi dari ilmu gerak, ilmu mekanika dari sendi-sendi dan ilmu mekakanikai otot-otot. Tinjauan dasar ilmu ortopedi tersebut memberi bekal pengertian tentang segi-segi ilmu ortopedi, sehingga dapat mengerti penanganan yang dapat dilakukan.

D.    Peran Ilmu Bedah Ortopedi
Timbulnya masalah pada anak tunadaksa berpangkal dari adanya suatu kecacatan fisik atau tubuh. Anak tunadaksa memerlukan penanganan medis lebih banyak dibandingkan dengan ketunaan lainnya. Adalah tugas bedah ortopedi dalam pelakasanaan perbaikan posisi otot, tulang maupun bagian tubuh lainnya agar dapat berfungsi. Tindakan bedah ortopedi pada anak tunadaksa tertentu bertujuan agar anak dapat berjalan dengan alat bantu. Bedah rekonstruksi dapat dilakukan misalnya pada anak cerebral palsy dengan spastic hand. Tujuannya adalah memperbaiki fungsi tangan, yaitu fungsi menggenggam dan membuka jari-jari tangan.
Dalam pelaksanaannya, tidak semua kecacatan yang dialami anak tunadaksa dapat dengan mudah dilakukan pembedahan. Diperlukan pemeriksaan yang cermat serta kerja sama dengan ahli lain agar diperoleh hasil yang maksimal. Dan juga meskipun tindakan operasi pembedahan merupakan bagian dari cara penanganan ortopedi, namun peran utama dari ilmu bedah ortopedi adalah pengembalian fungsi tubuh akibat gangguan sistem gerak agar dapat berfungsi secara optimal dan dapat hidup yang mandiri dengan atau tanpa alat bantu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar