Senin, 21 Oktober 2013

EVOLUSI MAKHLUK HIDUP



A.    Pengertian Evolusi
Evolusi adalah suatu perubahan pada makhluk hidup yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang lama sehingga terbentuk spesies baru. Sedangkan dalam kajian biologi evolusi ialah perubahan pada frekuensi alel dalam populasi yang saling berbagi set alel (gene pool) dari generasi yang satu ke generasi yang lain karena faktor-faktor atau mekanisme evolusi yaitu natural selection, genetic drift, mutation, gene flow dan rekombinasi seksual.

Rabu, 18 September 2013

Masalah & Kebutuhan ATD Serta Dasar & Peran Ilmu Bedah Ortopedi



A.    Permasalahan Anak Tunadaksa
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada anggota gerak seperti tulang, sendi, maupun otot. Menurut Samuel A kirk(1986) yang dialihbahasakan oleh Moh. Amin dan Ina Yusuf kusumah (1991:3)mengemukakan bahwa seseorang dikatakan anak tunadaksa jika kondisi fisik atau kesehatan mengganggu kemampuan – kemampuan anak untuk berperan aktif dalam kegiatan sehari – hari, sekolah atau rumah. Beberapa ciri anak tunadaksa yaitu terrdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari  biasa, mengalami kesulitan dalam gerakan.

Rabu, 11 September 2013

Dampak Keluarbiasaan Pada Keluarga dan Masyarakat


           A.    Dampak Keluarbiasaan pada Keluarga dan Masyarakat
a.       Dampak keluarbiasaan pada keluarga
Dampak keluarbiasaan pada keluarga yang memiliki anak berkelainan bervariasi atau berbeda- beda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu: : tingkat pendidikan, latar belakang budaya, status sosial ekonomi keluarga, dan juga jenis dan tingkat keluarbiasaan yang dialami anak. Dari pihak keluarga khususnya orang tua yang memiliki anak berkelainan pada awalnya mereka shok dan tidak dapat menerima kelainan yang ada pada anaknya, kemudian ada orang tua yang merasa acuh tak acuh namun ada juga menerima keadaan yang dialami anak.
b.      Dampak keluarbiasaan pada masyarakat
Reaksi atau sikap dari masyarakat terhadap keluarbiasaan juga bervariasi, sikap yang ditunjukan masyarakat ini di pengaruhi oleh beberapa factor pula, yaitu dari latar belakang budaya dan tingkat pendidikan masyarakat.

Minggu, 08 September 2013

Dampak Keluarbiasaan pada Aspek Fisik, Psikis dan Sosial Anak Tunadaksa



A.    Pengertian Anak Tunadaksa
Anak-anak yang tergolong penyandang tunadaksa sangat beragam kondisinya, pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu kelainan tubuh dan kelainan kesehatan. Kelainan tubuh maupun kelainan kesehatan yang tidak menghambat interaksi dan komunikasi seseorang dengan lingkungannya (termasuk proses belajar) maka belum dapat dikatakan sebagai tunadaksa dalam konteks pendidikan. Jadi yang dimaksudkan tunadaksa dalam hal ini adalah anak atau seseorang yang memiliki kelainan tubuh baik kondisi fisik maupun sistem persyarafan otak yang mempengaruhi organ motorik (otot) maupun kondisi kesehatan dan menghambat proses sosialisasi maupun komunikasi individu dengan lingkungannya. Sehingga tidak semua keadaan atau kondisi cacat dapat dikatakan tunadaksa, dan tidak semua anak atau orang yang lengkap anggota tubuhnya termasuk normal.
Tunadaksa itu sendiri berasal dari kata tuna yang berarti kurang, rugi dan daksa yang berarti tubuh. Sehingga tunadaksa adalah suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, atau sendi dalam fungsinya yang normal. Tunadaksa dapat diartikan juga sebagai suatu bentuk kelainan atau kecacatan dalam sistem tulang, otot, persendian, dan saraf yang bersifat primer atau sekunder  serta yang disebabkan oleh penyakit, virus, dan kecelakaan baik yang terjadi sebelum lahir saat lahir dan sesesudah kelahiran, dimana gangguan mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilitas dan gangguan perkembangan keutuhan pribadi. Anak tunadaksa tidak selamanya masuk dalam kelompok luar biasa. Hal ini tergantung dari sifat dan derajat kelainannya (ringan, sedang, berat) serta terdapat beraneka ragam kecacatannya seperti buntung salah satu atau kedua tangan maupun kakinya, tangan atau kaki layuh (lumpuh), tangan selalu bergerak tanpa bisa dikendalikan, dll. Memperhatikan jenis, berat ringan dan beragamnya kelainan pada tunadaksa menyebabkan sulitnya merumuskan definisi yang tepat tentang tunadaksa yang dapat merangkum semua jenis kelainan yang ada.

Jumat, 02 Agustus 2013

Wisata Kuliner Solo Part 3 - Soramen


         


         
Haloo :) Ogenki Desuka? haha. Kali ini mau bahas tempat makan di solo lagi nih :D Dari sapaan tadi pasti dah ngerti dong tempat makannya gimana? Yup betul sekali, kali ini mau bahas tempat makan yang bertemakan jepang. Kalian juga pasti tau dong anime Naruto (klo ga kebangetan)?? Nah tempat makan ini jual makanan favoritnya Naruto. Nah coba tebak :D Haha bener banget RAMEN. Nama tempatnya yaitu SORAMEN, tempatnya itu deket manahan, tepatnya di jalan (atau gang) sebelum SMAN 4 SKA. Bangunannya dicat hijau terang plus ada namanya di depan, jadi pasti kelihatan banget.

Selasa, 30 Juli 2013

Wisata Kuliner Solo Part 2 - Mr.Mesem




Haloo lagi :D Kali ini penulis mau coba bagi tujuan makan yg (cukup) enak di solo dan tentu saja, MURAH MERIAH :D Namanya Mr. Mesem di situ spesial goreng dan penyet, tempatnya terletak di Jalan Dr. Wahidin no. 51, Penumping, Solo, Jawa Tengah,  di depan sebuah SD (nama SD nya lupa), tapi ada juga yg di belakang UNS dan depan TBJT (Taman Budaya Jawa Tengah). Tempat makan berkonsep lesehan ini menyediakan berbagai menu, tapi yang jadi favorit sih ayam goreng tulang lunak, sooo yummy!! :D  

Senin, 29 Juli 2013

Blog Part 1



Haloo para pembaca :D kali ini saya akan memaparkan bagaimana caranya membuat Blog sendiri dan gratis lhoo :D Blog merupakan tempat yg tepat untuk menuangkan ide atau sekedar berekspresi tanpa ada yg mengomeli (namun jangan mengandung hal yg PORNO atau SARA). Blog seperti sebuah dunia yg bisa kita atur isi dan fungsinya, jadi yg ingin membuat Blog ikuti cara di bawah ini yaa ;)

Selasa, 25 Juni 2013

DEMOKRASI INDONESIA



A.    Sumber Demokrasi Indonesia
Sejak zaman dahulu indonesia sudah menerapkan demokrasi di dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Mohammad Hatta dalam Padma Wahyono (1990), desa-desa di Indonesia sudah menjalankan demokrasi, misalnya dengan pemilihan kepala desa dan adanya rembug desa. Hal tersebut menunjukkan bahwa demokrasi telah berkembang di indonesia mulai dari daerah pedesaan.
Demokrasi di indonesia berasal dari ideologi bangsa indonesia yang telah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Indonesia menganut ideologi pancasila, hal itu berarti demokrasi yang ada di indonesia merupakan demokrasi pancasila. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan kekeluargaan dan gotong-royong yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat, yang mengandung unsur-unsur berkesadaran religius, berdasarkan kebenaran, kecintaan dan budi pekerti luhur, berkepribadian Indonesia dan berkesinambungan.
Menurut Prof. Dardji darmo diharjo, SH, Demokrasi pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber kepada kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang perwujudannya seperti, dalam ketentuan-ketentuan pembukaan UUD 1945.

Selasa, 04 Juni 2013

Anak dengan Hiperaktivitas



A.     Hakikat Anak Dengan Hiperaktivitas
Secara umum anak hiperaktif adalah anak yang tidak mau diam dan selalu bergerak kesana kemari tanpa rasa lelah. Namun menurut Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. Sedangkan menurut Sani Budiantini Hermawan, Psi., “Ditinjau secara psikologis hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal, disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian.
Ada beberapa istilah yang sering dipakai untuk anak-anak yang menunjukkan gerak secara berlebihan, misalnya hiperaktif sendiri, hiperkinesis, gangguan impuls hiperkinetik, disfungsi minimal otak, atau sindrom Strauss (Kauffman, 1985).  Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi Hiperaktifitas ke dalam 3 jenis berikut ini:
1)      Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada “di awang-awang”.
2)      Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.
3)      Tipe gabungan
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak anak termasuk tipe seperti ini. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.

Ada beberapa gejala dan ciri-ciri yang dapat dilihat untuk mengetahui anak termasuk hiperaktifitas atau tidak, yaitu:
a.       Lari berkeliaran atau memanjat secara berlebihan
b.      Sulit untuk duduk diam atau terlalu banyak bergerak
  1. Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
  2. Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
  3. Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
  4. Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.
  5. Sering memotong atau menyela pembicaraan.
  6. Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).
  7. Kemampuan akademik tidak optimal
  8. Sikap melanggar tata tertib secara impulsif

Kamis, 30 Mei 2013

Perilaku Agresif Anak dengan Gangguan Emosi dan Perilaku



A.      Definisi dan Pengukuran
Mendefinisikan perilaku agresif sama saja dengan mendefinisikan ketunalarasan. Hal tersebut disebabkan oleh tidak adanya definisi tentang perilaku agresif secara baku. Setiap orang dapat menetapkan bahwa suatu perilaku seorang anak termasuk perilaku agresif setelah mengamati, mendengar, atau melihatnya. Akhirnya, penetapan perilaku agresif tersebut tidak sangat bersifat subyektif. Hal tersebut dikarenakan setiap orang memiliki kriteria tersendiri. Oleh karena itu, perlu adanya kesepakatan atas satu kriteria perilaku agresif. 
Bandura (1973), menetapkan beberapa kriteria perilaku agresif yang dapat dijadikan sebagai suatu patokan, yaitu :
1.    Karakteristik perilaku ini sendiri (apakah serangan fisik, membuat malu, merusak barang milik, dan sebagainya), apapun pengaruhnya kepada korban
2.    Intensitas perilaku, di sini perilaku dengan intensitas tinggi (berbicara sangat keras pada seseorang) dianggapagresif, sedangkan perilaku dengan intensitas rendah (berbicara pelan – pelan) dianggap tidak agresif
3.    Ekspresi sakit, luka, atau perilaku menghindar dari penderita tindakan
4.    Kesengajaan oleh perilaku
5.    Karakteristik pengamat (misalnya jenis kelamin, kondisi sosial ekonomi, latar belakang etnis, pengalaman dengan perilaku agresif, dan sebagainya)
6.    Karakteristik perilaku tindakan (misalnya usia, jenis kelamin, pengalaman dengan perilaku agresif, dan sebagainya)

Senin, 06 Mei 2013

Sejarah dan Perkembangan Pelayanan Pendidikan Anak dengan Gangguan Motorik


Anak dengan gangguan motorik atau biasa disebut dengan istilah anak tunadaksa erat hubungannya dengan anak cacat yang tidak berguna. Anak-anak tunadaksa (cripple) pada zaman Renaissance pernah disebutnya sebagai setan (satan) yang disejajarkan dengan makhluk jahat (evil) dan tidak pantas untuk diberi hidup. Dengan demikian tidak ada artinya sama sekali keberadaan anak-anak tunadaksa.
Namun dengan perkembangan, perhatian masyarakat baik di Indonesia maupun dunia mulai menyadari keberadaan anak tunadaksa atau anak dengan gangguan motorik. Masyarakat mulai mengakui keberadaan dan mulain menyadari bahwa anak tunadaksa tersebut memiliki potensi seperti anak normal jika mendapatkan pelatihan atau pelayanan pendidikan yanng tepat. Oleh karena itu, perkembangan pelayanan pendidikan yang dipelopori oleh para ahli mulai berkembang di seluruh dunia.
Dr. William John Little merupakan seoranng ahli ilmu kedokteran yang pertama kali tertarik meneliti dan menolong anak – anak yang menunjukkan gejala spastik diplegia pada tahun 1861. Hasil kerja Dr. William John Little kemudian diikuti ahli – ahli lain, seperti Dr. Sigmund Freud (1883) dan Sir Willian Osler (1889).
Berdirinya rumah sakit yang menerima pasien-pasien tunadaksa di Boston tahun 1862, yang kemudian menyebar ke negara-negara lain. Penyebaran perkembangan  pelayanan bagi anak tunadaksa terutama dalam aspek pendidikan di dunia, diantaranya :

TEORI – TEORI BELAJAR

1.      Teori Belajar Behavioristik
a.       Pengertian
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka responpun akan semakin kuat.
b.      Tokoh dan Pendapat
Ø  Thorndike, meurutnya belajar adalah proses interaksi antara stimulus (apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera) dan respon (reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan). Menurut Thorndike terdapat tiga hukum belajar yang utama, yaitu hukum efek, hukum latihan, dan hukum kesiapan.Teori Thorndike ini disebut juga teori koneksionisme (Connectionism).

Jumat, 15 Maret 2013

SEJARAH LAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN GANGGUAN MOTORIK

          Sejarah dan Perkembangan Pelayanan Pendidikan Anak dengan Gangguan Motorik

Anak dengan gangguan motorik atau biasa disebut dengan istilah anak tunadaksa erat hubungannya dengan anak cacat yang tidak berguna. Anak-anak tunadaksa (cripple) pada zaman Renaissance pernah disebutnya sebagai setan (satan) yang disejajarkan dengan makhluk jahat (evil) dan tidak pantas untuk diberi hidup. Dengan demikian tidak ada artinya sama sekali keberadaan anak-anak tunadaksa.
Namun dengan perkembangan, perhatian masyarakat baik di Indonesia maupun dunia mulai menyadari keberadaan anak tunadaksa atau anak dengan gangguan motorik. Masyarakat mulai mengakui keberadaan dan mulain menyadari bahwa anak tunadaksa tersebut memiliki potensi seperti anak normal jika mendapatkan pelatihan atau pelayanan pendidikan yanng tepat. Oleh karena itu, perkembangan pelayanan pendidikan yang dipelopori oleh para ahli mulai berkembang di seluruh dunia.
Dr. William John Little merupakan seoranng ahli ilmu kedokteran yang pertama kali tertarik meneliti dan menolong anak – anak yang menunjukkan gejala spastik diplegia pada tahun 1861. Hasil kerja Dr. William John Little kemudian diikuti ahli – ahli lain, seperti Dr. Sigmund Freud (1883) dan Sir Willian Osler (1889).

Kamis, 31 Januari 2013

Wisata Kuliner Solo Part 1 : Es Krim Tentrem


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFOA7UfSWvXfvmDndzxw43lxV4Hb0hdexZYpHQlCEEtOomMy3_h3B91uihgdBoQPUFOzna9GqPUt06WQe-SyNsteQUlSUOaGki7JCYRu-2msfC5vbshmBS5Ye5rv6th5iTEfbCBhRqhhA/s1600/tentrem.jpg

Halo halo halooo :D
Dah lama ga memperhatikan blog ku tersayang ini nih (jiaah XD) sampe banyak debunya gini hahahah :D

Kali ini aku mau bahas tentang hal yg belum pernah dibahas di blog ini dan sebenernya melenceng jauh dari inti blog ini (wkwkwk), yaituuu... KULINER!! :D
Well, beberapa waktu yang lalu aku sama cewekku iseng keliling solo dan mampir nyobain es krim di Kedai Ice Cream Tentrem di Jalan Urip Sumoharjo no.97  Solo, Jawa Tengah. Dari Balai Kota Surakarta (arah dari Jalan Jendral Sudirman) belok kanan, ada perempatan (ditengahnya ada tugu jam besar), belok kiri, lurus nanti kedainya kiri jalan.

Jumat, 11 Januari 2013

Pendidikan Khusus Bagi Anak Tunagrahita


BAB I
Pendahuluan

A.    Latar Belakang
Pemahaman masyarakat umum mengenai anak berkebutuhan khusus masih sangat minim, kebanyakan mereka menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang tidak memiliki kemampuan apapun. Salah satu dari mereka adalah anak tumagarahita. Anak tunagrahita adalah kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata – rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi dan ketidak cakapan dalam interaksi social. Anak tuna grahita atau dikenal juga dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasannya sukar untuk mengkuti program pendidikan disekolah biasa secara klasikal.
Namun walaupun begitu anak tunagrahita juga memiliki hak yang sama dengan anak normal lainnya. Salah satu hak itu adalah mendapatkan pendidikan. Karena selain memiliki hambatan intelektual, mereka juga masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki oleh mereka dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal tersebut diatur dalam UUD’45 pasal 31 ayat 1, yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan”. Hal tersebut lebih diperjelas lagi dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 5 ayat 2, dan pasal 33 ayat 1, menyatakan bahwa warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Oleh karena itu sangat diperlukan pendidikan khusus bagi anak tunagrahita.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa hakekat anak tunagrahita?
2.      Apa saja layanan pendidikan bagi anak tunagrahita?
3.      Bagaimana layanan pendidikan anak tunagrahita di indonesia?
C.    Tujuan
1.      Mengetahui hakekat anak tunagrahita
2.      Mengerti macam-macam layanan pendidikan bagi anak tunagrahita
3.      Mengetahui layanan pendidikan anak tunagrahita di indonesia












BAB II
Pembahasan

1.      Hakikat Anak Tunagrahita
a.       Definisi Anak Tunagrhita
Tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dan keterbelakangan mental, jauh di bawah rata- rata. Gejalanya tak hanya sulit berkomunikasi, tetapi juga sulit mengerjakan tugas-tugas akademik. Ini karena perkembangan otak dan fungsi sarafnya tidak sempurna. Anak-anak seperti ini lahir dari ibu kalangan menengah ke bawah. Ketika dikandung, asupan gizi dan zat antibodi ke ibunya tidak mencukupi.
Menurut Efendi anak tunagrahita adalah “anak yang mengalami taraf kecerdasan yang rendah sehingga untuk meniti tugas perkembangan ia sangat membutuhkan layanan pendidikan dan bimbingan secara khusus”.
Definisi lain yang diterima secara luas dan menjadi rujukan utama ialah definisi yang dirumuskan oleh Grossman yang secara resmi digunakan AAMD (American Association of Mental Deficiency) yaitu ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual umum yang secara nyata (signifikan) berada di bawah rata-rata (normal) bersamaan dengan kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian diri dan semua ini berlangsung pada masa perkembangan.
Menurut Hj.T.Sutjihati Somantri, anak tunagrahita atau terbelakang mental merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan, sehingga tidak mencapai perkembangan yang optimal. Sedangkan menurut Bratanata, seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau tunagrahita, jika anak tuna  grahita memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal), sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam program pendidikannya.