A.
Dampak
Keluarbiasaan pada Keluarga dan Masyarakat
a. Dampak
keluarbiasaan pada keluarga
Dampak keluarbiasaan
pada keluarga yang memiliki anak berkelainan bervariasi atau berbeda- beda. Hal
ini dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu: : tingkat
pendidikan, latar belakang budaya, status sosial ekonomi keluarga, dan juga
jenis dan tingkat keluarbiasaan yang dialami anak. Dari pihak keluarga
khususnya orang tua yang memiliki anak berkelainan pada awalnya mereka shok dan
tidak dapat menerima kelainan yang ada pada anaknya, kemudian ada orang tua
yang merasa acuh tak acuh namun ada juga menerima keadaan yang dialami anak.
b.
Dampak keluarbiasaan pada masyarakat
Reaksi atau sikap dari masyarakat terhadap
keluarbiasaan juga bervariasi, sikap yang ditunjukan masyarakat ini di
pengaruhi oleh beberapa factor pula, yaitu dari latar belakang budaya dan
tingkat pendidikan masyarakat.
B.
Dampak
Ketunadaksaan pada Keluarga dan Masyarakat
Dampak keluarbiasaan ini
terjadi pada semua anak berkebutuhan khusus meskipun waktu dan cepat lambatnya
berbeda-beda. Hal ini dialami juga oleh keluarga anak tunadaksa dan masyarakat
yang hidup disekitar anak tunadaksa.
a.
Dampak kelainan bagi keluarga
Pada dasarnya semua orang
tua mendambakan keturunan yang sehat baik secara fisik maupun psikisnya serta
memilki masa depan yang cerah baik dari segi ekonominya, social, pendidikan,
dan pekerjaannya. Namun bagi orang tua yang memiliki anak yang tunadaksa perlu
melakukan upaya yang lebih agar anak mereka mendapatkan masa depan yang cerah.
Menurut Kirk dan Gallahan
(1993), dengan adanya anak berkelainan di tengah – tengah keluarganya, orang
tua mengalami dua krisis yang terjadi yaitu:
1.
Krisis yang pertama
Orang tua menghadapi anaknya sebagai kondisi
kematian secara simbolis. Orang tua yang awalnya mendambakan anak yang sehat,
cantik,dan sempurna menjadi stress karena anak yang ia dambakan ternyata
memiliki kelainan.
2.
Krisis yang kedua
Masalah yang berkaitan dengan kesulitan orang
tua dalam merawat, membimbing dan mendidik anak yang berkelainan. Orang tidak
tau apa bagaimana merawat, membimbing dan mendidik anak mereka yang berkelainan
menjadi anak yang berpendidikan, memiliki kehidupan yang layak ekonomi, vokasional
maupun social.
Menurut Shontz (dalam
Sunardi, 1994) menggambarkan adanya empat tahap reaksi orangtua terhadap
kelainan yang terjadi pada anaknya, yaitu :
1.
Orang tua merasa terpukul dan shok dengan
kondisi anaknya
2.
Tahap dimana orang tua merasa ragu – ragu
terhadap kemampuannya dalam merawat anak, perasaan benci terhadap diri sendiri
dan merasa berdosa
3.
Tahap menghindari dari kenyataan dan
menyerahkan anaknya kepanti – panti
4.
Tahap pengakuan dimana orang tua mulai
memelihara anaknya dengan jalan mencari informasi dan berkonsultasi pada para
professional.
Dari gambaran yang
dujelakan diatas menunjukan bahwa reaksi orang tua terhadap anak yang
berkealinan bervariasi. Reaksi yang pertama, orang tua shok, tidak dapat
menerima konsidi anaknya yang cacat, terpukul dan sedih dari sikap orang tua
yang begitu menimbulkan perasaan berdosa, bersalah, kasihan dll. Reaksi yang kedua,
orang tua menganggap anaknya tidak dapat memenuhi harapan dan keinginannya
karena anaknya cacat/ tunadaksa atau mungkin malah menganggap anaknya dapat
menurunkan harkat dan martabat keluarganya. Reaksi yang ketiga, orang
tua merasa malu akan anaknya yang berkelainan sehingga orang tua cenderung
untuk menyembunyikan anaknya dari lingkungan sekitar rumah.
Reaksi yang keempat, orang tua mulai dapat menerima keadaan anaknya yang memiliki kelainan. Namun penerimaan ini masih bersifat pasif dimana orang tua hanya pasrah tanpa melakukan usaha agar anaknya dapat mengembangkan sisa kemampuan yang dimilki. Reaksi yang kelima, menunjukan sikap penerimaan orang tua yang positif dimana disertai dengan usaha memperoleh pengetahuan tentang cara – cara merawat, dan mendidik anak berkelainan memalalui beberapa kegiatan konsultasi dan rujukan ke klinik – klinik anak berkebutuhan khusus.
c. Berkurangnya jumlah warga masyrakat yang mampu berperan serta dalam proses pembangunan bangsa. Kelompok ini terutama juga anak-anak CP yang memerlukan perawatan sepanjang hidupnya. Untuk menghindari kesalahpahaman tentang dampak kelainan CP bagi masyarakat diatas, kiranya perlu ditekankan lagi bahwa dampak yang pertama, dapat berlaku bagi keberadaan hampir semua anak CP. Sedang dampak kedua dan ketiga, terutama hana bagi keberadaan anak CP yang sudah tidak mungkn mandiri dan hidup penuh tergantung pada bantuan orang lain.
Reaksi yang keempat, orang tua mulai dapat menerima keadaan anaknya yang memiliki kelainan. Namun penerimaan ini masih bersifat pasif dimana orang tua hanya pasrah tanpa melakukan usaha agar anaknya dapat mengembangkan sisa kemampuan yang dimilki. Reaksi yang kelima, menunjukan sikap penerimaan orang tua yang positif dimana disertai dengan usaha memperoleh pengetahuan tentang cara – cara merawat, dan mendidik anak berkelainan memalalui beberapa kegiatan konsultasi dan rujukan ke klinik – klinik anak berkebutuhan khusus.
Terdapat pula penjelasan
yang lain mengenai dampak hadirnya anak cacat dalam keluarga,
yaitu :
a.
Meningkatnya intensitas kehidupan
emosional dalam keluarga. Sensitifitas emosi yang tinggi ini mengakibatkan
keluarga menjadi rawan kestabilan.
b.
Tumbuh pendapat adanya semacam
kegagalan dalam keluarga. Mencari sebab-sebab kegagalan tersebut. Kadang-kadang
timbul sebab yang irasional. Di Indonesia semacam akibat dosa orang tua, dan
sebagainya.
c.
Dapat mengubah struktur keluarga.
Abang yang cacat menjadi lebih muda kedudukannya dari adiknya yang normal. Di
Indonesia ada anak cacat yang menjadi anak bungsu neneknya.
Kemudian
tahapan penerimaan keluarga, yaitu:
a.
Tahap schock
Yaitu tahap
awal berupa kaget dengan hadirnya anak cacat yang tidak pernah diharapkan. Lalu
berkembang menjadi bingung, takut dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.
b.
Tahap Realization
Tahap kedua
adalah tahap melihat kenyataan bahwa benar anggota keluarga ada yang cacat.
Sehingga mulai berkembang keraguan terhadap kemampuan keluarga untuk menerima
kenyataan ini.
c.
Tahap Defensif
Hasil dari
meragukan kemampuan diri dapat berkembang kecenderungan lari dari kenyataan.
Ada yang tumbuh rasa masa bodoh, over-protektif, atau mengusahakan penyembuhan
terus menerus berkepanjangan.
d.
Tahap Acknowledgement
Perkembangan
yang lebih positif adalah mulai tumbuh keinginan untuk memelihara, merawat,
mengasuh, sehingga merasa perlu berkonsultasi dengan pihak-pihak lain yang
dianggap mengetahui hal tersebut.
Seorang ibu
yang memiliki anak yang mengalami Cerebral Palsy juga mempunyai beberapa
masalah yang terjadi ,permasalahan yang terjadi ini diklasifikasikan oleh Viola
E. Cardwell(dalam A.Salim, 1996) menjadi 4 macam:
1.
Masalah yang berkaitan dengan
tuntutan waktu yang berlebihan dan kelelahan orang tua
Kehadiran
anak CP dalam keluarga mengakibatkan banyak waktu yang ada untuk memngurus,
merawat dan memberikan perhatian khusus bagi anak. Orang tua khususnya ibu
sangat harus lebih memberikan perhatiannya kepada anaknya yang menderita CP
daripada anak yang lainnya mulai dari pendidikannya sampai kegitaan dirinya
anak. Dan demikian ibu menjadi tidak sempat mengurus dirinya sendiri.
2.
Masalah yang berkaitan dengan
beratnya beban psikis yang dialami ibu
Masalah ini
lebih dikarenakan ibu hanya mengurus sendiri anaknya yang berkelainan CP tanpa
dibantu dan didukung oleh anggota keluarga lainnya termasuk ayah yang tidak mau
ikut berbagi tanggung jawab dan membantu merawat anaknya. Akibatnya ibu menanggung beban ini
secara sendirian.
3.
Masalah social yang berkaitan dengan
mahalnya biaya perawatan dan pendidikan anak CP
Kelainan
yang terjadi pada anak terkadang tidak hanya tunggal sehingga membutuhkan
beberapa terapi dan klinik. Yang mana
sangat membutuhkan biaya yang cukup mahal. Masalah ini akan semakin kompleks
dan menjadi besar ketika kondisi ekonomi keluarga menengah kebawah.
4.
Terganggunya program bersama dalam
keluarga
Keberadaan
anak CP dalam suatu keluarga dapait menghambat dan mengganggu aktifitas ataupun
kegiatan – kegiatan yang semestinya dapat dilakukan oleh seluruh anggota
lainnya. Seperti dalam kegiatan social dengan orang lain dan rekreasi keluarga.
a.
Dampak
kelainan bagi masyarakat
Reaksi masyarakat terhadap kelainan
anak CP sangat bervariasi, pada umumnya lebih banyak yang cenderung bernada
negatife.Reaksi masyarakat yang negatife ini sudah tentu dipengaruhi oleh
pandangan mereka atau bagaimana mereka menilai anak berkelainan. Pandangan
masyarakat pada anak berkelainan, setidaknya ada empat macam, yaitu :
a. Anak
berkelainan pada dasarnya berbeda dengan orang lain pada umumnya.
b. Anak
berkelainan adalah tidak berdaya.
c. Anak
berkelainan harus selalu ditolong.
d. Anak
berkelainan hakekatnya adalah beban orang lain.
Pandangan
masyarakat yang demikian, sudah tentu tidak semuanya benar, sebab pandangan
tersebut selalu dikaitkan dengan kondisi kelainannya. Masyarakat belum melihat
bagimana potensi dan sisa kemampuan yang masih dimiliki anak berkelainan.
Apabila masyarakat sudah melihat kemampuan dan ketidakmampuan anak secara
seimbang, dan ternyata memang anak tidak memiliki kemungkinan untuk berkembang (walaupun sudah diberi bantuan), maka
pandangan di atas mungkin ada benarnya. Namun, demikian apabila yang terjadi
ternyata sebaliknya, artinya anak masih sangat mungkin dikembangkan
kemampuannya, maka pandangan yang bernada negatif terhadap anak berkelainan
tersebut sudah tentu salah. Banyak pengalaman menunjukan bahwa ada penyandang
kelainan yang ternyata memiliki kesukssan hidup yang lebih baik dari pada
oaring normal, baik ditinjau secara ekonomis, pendidikan, status sosial, dan
lain-lain.
Dalam
perkembangan pandangan masyarakat terhadap anak kelainan memang terjadi
perubahan dari waktu kewaktu. Dimulai dari titik pandang yang melihat anak
berkelaian berbeda sama sekali dibanding
dengan anak normal, sampai pada pandangan yang melihat bahwa anak
berkelainan tidak berbeda secara mendasar dengan anak normal. Pandangan
masyarakat sekarang telah beranjak dari pemusatan perhatian pada kondisi fisik
dan pengobatan ke perhatian pada interaksi kompleks kekuatan-kekuatan
sekeliling, dari model kedokteran ke model ekologi, dari tahap penolakan dan
pemisahan anak berkelainan sampai penerimaan mereka sebagai anggota masyarakat
yang berguna (mohammad Amin, 1994).
Perubahan pandangan
masyarakat yang demikian, sudah tentu termasuk bagi anak cerebralpasy, walaupun
tidak seluruh anak CP dapat didik dan dikembangkan kemampuannya.
Terlepas
dari bagaimana perkembangan pandangan masyarakat terhadap anak CP, yang jelas
keberadaan anak CP ditengah-tengah masyarakat
sampai sekarang masih menmbulkan dampak tertentu, anatara lain:
a. Masyarakat
memiliki beban dengan keberadaan anak CP.
Manifestasi adanya
beban yang dipikul masyarakat, antara lain :
1) Masyarakat
perlu membantu anak dan keluarganya dalam memecahkan kesulitan-kesulitan yang
dihadapi, seperti memberikan bantuan ADL, melatih orang tua dalam merawat anak
CP, memberitahu tempat-tempat berkonsultai tentang anak CP, dsb.
2) Masyarakat
perlu menyediakan sekolah khusus bagi anak CCP atau menyediakan guru pembinbing
khusus yang dapat membantu mengatasi kesu;itan-kesulitan yang ditemui anak
dalam proses belajarnya.
3) Dalam
skala yang lebih luas, keberadaaan anak CP tetap menjadi bebanpembangunana
nasional.
b. Bertambahnya
warga masyarakat yang tidak mandiri.
Terutama anak-anak CP
yang berhubungan dengan kondisi kelainannya tidak mungkin dapat dikembangkan
kemandiriannya, terutama dalam hal produktivitas kerja.c. Berkurangnya jumlah warga masyrakat yang mampu berperan serta dalam proses pembangunan bangsa. Kelompok ini terutama juga anak-anak CP yang memerlukan perawatan sepanjang hidupnya. Untuk menghindari kesalahpahaman tentang dampak kelainan CP bagi masyarakat diatas, kiranya perlu ditekankan lagi bahwa dampak yang pertama, dapat berlaku bagi keberadaan hampir semua anak CP. Sedang dampak kedua dan ketiga, terutama hana bagi keberadaan anak CP yang sudah tidak mungkn mandiri dan hidup penuh tergantung pada bantuan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar