Rabu, 11 September 2013

Dampak Keluarbiasaan Pada Keluarga dan Masyarakat


           A.    Dampak Keluarbiasaan pada Keluarga dan Masyarakat
a.       Dampak keluarbiasaan pada keluarga
Dampak keluarbiasaan pada keluarga yang memiliki anak berkelainan bervariasi atau berbeda- beda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu: : tingkat pendidikan, latar belakang budaya, status sosial ekonomi keluarga, dan juga jenis dan tingkat keluarbiasaan yang dialami anak. Dari pihak keluarga khususnya orang tua yang memiliki anak berkelainan pada awalnya mereka shok dan tidak dapat menerima kelainan yang ada pada anaknya, kemudian ada orang tua yang merasa acuh tak acuh namun ada juga menerima keadaan yang dialami anak.
b.      Dampak keluarbiasaan pada masyarakat
Reaksi atau sikap dari masyarakat terhadap keluarbiasaan juga bervariasi, sikap yang ditunjukan masyarakat ini di pengaruhi oleh beberapa factor pula, yaitu dari latar belakang budaya dan tingkat pendidikan masyarakat.
B.   Dampak Ketunadaksaan pada Keluarga dan Masyarakat
Dampak keluarbiasaan ini terjadi pada semua anak berkebutuhan khusus meskipun waktu dan cepat lambatnya berbeda-beda. Hal ini dialami juga oleh keluarga anak tunadaksa dan masyarakat yang hidup disekitar anak tunadaksa.
a.      Dampak kelainan bagi keluarga
Pada dasarnya semua orang tua mendambakan keturunan yang sehat baik secara fisik maupun psikisnya serta memilki masa depan yang cerah baik dari segi ekonominya, social, pendidikan, dan pekerjaannya. Namun bagi orang tua yang memiliki anak yang tunadaksa perlu melakukan upaya yang lebih agar anak mereka mendapatkan masa depan yang cerah.
Menurut Kirk dan Gallahan (1993), dengan adanya anak berkelainan di tengah – tengah keluarganya, orang tua mengalami dua krisis yang terjadi yaitu:
1.      Krisis yang pertama
Orang tua menghadapi anaknya sebagai kondisi kematian secara simbolis. Orang tua yang awalnya mendambakan anak yang sehat, cantik,dan sempurna menjadi stress karena anak yang ia dambakan ternyata memiliki kelainan.
2.      Krisis yang kedua
Masalah yang berkaitan dengan kesulitan orang tua dalam merawat, membimbing dan mendidik anak yang berkelainan. Orang tidak tau apa bagaimana merawat, membimbing dan mendidik anak mereka yang berkelainan menjadi anak yang berpendidikan, memiliki kehidupan yang layak ekonomi, vokasional maupun social.
Menurut Shontz (dalam Sunardi, 1994) menggambarkan adanya empat tahap reaksi orangtua terhadap kelainan yang terjadi pada anaknya, yaitu :
1.    Orang tua merasa terpukul dan shok dengan kondisi anaknya
2.    Tahap dimana orang tua merasa ragu – ragu terhadap kemampuannya dalam merawat anak, perasaan benci terhadap diri sendiri dan merasa berdosa
3.    Tahap menghindari dari kenyataan dan menyerahkan anaknya kepanti – panti
4.    Tahap pengakuan dimana orang tua mulai memelihara anaknya dengan jalan mencari informasi dan berkonsultasi pada para professional.
Dari gambaran yang dujelakan diatas menunjukan bahwa reaksi orang tua terhadap anak yang berkealinan bervariasi. Reaksi yang pertama, orang tua shok, tidak dapat menerima konsidi anaknya yang cacat, terpukul dan sedih dari sikap orang tua yang begitu menimbulkan perasaan berdosa, bersalah, kasihan dll. Reaksi yang kedua, orang tua menganggap anaknya tidak dapat memenuhi harapan dan keinginannya karena anaknya cacat/ tunadaksa atau mungkin malah menganggap anaknya dapat menurunkan harkat dan martabat keluarganya. Reaksi yang ketiga, orang tua merasa malu akan anaknya yang berkelainan sehingga orang tua cenderung untuk menyembunyikan anaknya dari lingkungan sekitar rumah. 
Reaksi yang keempat, orang tua mulai dapat menerima keadaan anaknya yang memiliki kelainan. Namun penerimaan ini masih bersifat pasif dimana orang tua hanya pasrah tanpa melakukan usaha agar anaknya dapat mengembangkan sisa kemampuan yang dimilki.  Reaksi yang kelima, menunjukan sikap penerimaan orang tua yang positif dimana disertai dengan usaha memperoleh pengetahuan tentang cara – cara merawat, dan mendidik anak berkelainan memalalui beberapa kegiatan konsultasi dan rujukan ke klinik – klinik anak berkebutuhan khusus.


Terdapat pula penjelasan yang lain mengenai dampak hadirnya anak cacat dalam keluarga, yaitu :
a.       Meningkatnya intensitas kehidupan emosional dalam keluarga. Sensitifitas emosi yang tinggi ini mengakibatkan keluarga menjadi rawan kestabilan.
b.      Tumbuh pendapat adanya semacam kegagalan dalam keluarga. Mencari sebab-sebab kegagalan tersebut. Kadang-kadang timbul sebab yang irasional. Di Indonesia semacam akibat dosa orang tua, dan sebagainya.
c.       Dapat mengubah struktur keluarga. Abang yang cacat menjadi lebih muda kedudukannya dari adiknya yang normal. Di Indonesia ada anak cacat yang menjadi anak bungsu neneknya.
Kemudian tahapan penerimaan keluarga, yaitu:
a.       Tahap schock
Yaitu tahap awal berupa kaget dengan hadirnya anak cacat yang tidak pernah diharapkan. Lalu berkembang menjadi bingung, takut dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.
b.      Tahap Realization
Tahap kedua adalah tahap melihat kenyataan bahwa benar anggota keluarga ada yang cacat. Sehingga mulai berkembang keraguan terhadap kemampuan keluarga untuk menerima kenyataan ini.

c.       Tahap Defensif
Hasil dari meragukan kemampuan diri dapat berkembang kecenderungan lari dari kenyataan. Ada yang tumbuh rasa masa bodoh, over-protektif, atau mengusahakan penyembuhan terus menerus berkepanjangan.
d.      Tahap Acknowledgement
Perkembangan yang lebih positif adalah mulai tumbuh keinginan untuk memelihara, merawat, mengasuh, sehingga merasa perlu berkonsultasi dengan pihak-pihak lain yang dianggap mengetahui hal tersebut.
Seorang ibu yang memiliki anak yang mengalami Cerebral Palsy juga mempunyai beberapa masalah yang terjadi ,permasalahan yang terjadi ini diklasifikasikan oleh Viola E. Cardwell(dalam A.Salim, 1996) menjadi 4 macam:
1.      Masalah yang berkaitan dengan tuntutan waktu yang berlebihan dan kelelahan orang tua
Kehadiran anak CP dalam keluarga mengakibatkan banyak waktu yang ada untuk memngurus, merawat dan memberikan perhatian khusus bagi anak. Orang tua khususnya ibu sangat harus lebih memberikan perhatiannya kepada anaknya yang menderita CP daripada anak yang lainnya mulai dari pendidikannya sampai kegitaan dirinya anak. Dan demikian ibu menjadi tidak sempat mengurus dirinya sendiri.
2.      Masalah yang berkaitan dengan beratnya beban psikis yang dialami ibu
Masalah ini lebih dikarenakan ibu hanya mengurus sendiri anaknya yang berkelainan CP tanpa dibantu dan didukung oleh anggota keluarga lainnya termasuk ayah yang tidak mau ikut berbagi tanggung jawab dan membantu merawat  anaknya. Akibatnya ibu menanggung beban ini secara sendirian.
3.      Masalah social yang berkaitan dengan mahalnya biaya perawatan dan pendidikan anak CP
Kelainan yang terjadi pada anak terkadang tidak hanya tunggal sehingga membutuhkan beberapa terapi dan klinik.  Yang mana sangat membutuhkan biaya yang cukup mahal. Masalah ini akan semakin kompleks dan menjadi besar ketika kondisi ekonomi keluarga menengah kebawah.
4.      Terganggunya program bersama dalam keluarga
Keberadaan anak CP dalam suatu keluarga dapait menghambat dan mengganggu aktifitas ataupun kegiatan – kegiatan yang semestinya dapat dilakukan oleh seluruh anggota lainnya. Seperti dalam kegiatan social dengan orang lain dan rekreasi keluarga.
 
a.      Dampak kelainan bagi masyarakat
            Reaksi masyarakat terhadap kelainan anak CP sangat bervariasi, pada umumnya lebih banyak yang cenderung bernada negatife.Reaksi masyarakat yang negatife ini sudah tentu dipengaruhi oleh pandangan mereka atau bagaimana mereka menilai anak berkelainan. Pandangan masyarakat pada anak berkelainan, setidaknya ada empat macam, yaitu :
a.       Anak berkelainan pada dasarnya berbeda dengan orang lain pada umumnya.
b.      Anak berkelainan adalah tidak berdaya.
c.       Anak berkelainan harus selalu ditolong.
d.      Anak berkelainan hakekatnya adalah beban orang lain.

Pandangan masyarakat yang demikian, sudah tentu tidak semuanya benar, sebab pandangan tersebut selalu dikaitkan dengan kondisi kelainannya. Masyarakat belum melihat bagimana potensi dan sisa kemampuan yang masih dimiliki anak berkelainan. Apabila masyarakat sudah melihat kemampuan dan ketidakmampuan anak secara seimbang, dan ternyata memang anak tidak memiliki kemungkinan untuk berkembang  (walaupun sudah diberi bantuan), maka pandangan di atas mungkin ada benarnya. Namun, demikian apabila yang terjadi ternyata sebaliknya, artinya anak masih sangat mungkin dikembangkan kemampuannya, maka pandangan yang bernada negatif terhadap anak berkelainan tersebut sudah tentu salah. Banyak pengalaman menunjukan bahwa ada penyandang kelainan yang ternyata memiliki kesukssan hidup yang lebih baik dari pada oaring normal, baik ditinjau secara ekonomis, pendidikan, status sosial, dan lain-lain.
Dalam perkembangan pandangan masyarakat terhadap anak kelainan memang terjadi perubahan dari waktu kewaktu. Dimulai dari titik pandang yang melihat anak berkelaian berbeda sama sekali dibanding  dengan anak normal, sampai pada pandangan yang melihat bahwa anak berkelainan tidak berbeda secara mendasar dengan anak normal. Pandangan masyarakat sekarang telah beranjak dari pemusatan perhatian pada kondisi fisik dan pengobatan ke perhatian pada interaksi kompleks kekuatan-kekuatan sekeliling, dari model kedokteran ke model ekologi, dari tahap penolakan dan pemisahan anak berkelainan sampai penerimaan mereka sebagai anggota masyarakat yang berguna (mohammad Amin, 1994).
Perubahan pandangan masyarakat yang demikian, sudah tentu termasuk bagi anak cerebralpasy, walaupun tidak seluruh anak CP dapat didik dan dikembangkan kemampuannya.



Terlepas dari bagaimana perkembangan pandangan masyarakat terhadap anak CP, yang jelas keberadaan anak CP ditengah-tengah masyarakat  sampai sekarang masih menmbulkan dampak tertentu, anatara lain:
a.       Masyarakat memiliki beban dengan keberadaan anak CP.
Manifestasi adanya beban yang dipikul masyarakat, antara lain :
1)  Masyarakat perlu membantu anak dan keluarganya dalam memecahkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi, seperti memberikan bantuan ADL, melatih orang tua dalam merawat anak CP, memberitahu tempat-tempat berkonsultai tentang anak CP, dsb.
2)     Masyarakat perlu menyediakan sekolah khusus bagi anak CCP atau menyediakan guru pembinbing khusus yang dapat membantu mengatasi kesu;itan-kesulitan yang ditemui anak dalam proses belajarnya.
3)     Dalam skala yang lebih luas, keberadaaan anak CP tetap menjadi bebanpembangunana nasional.
b.      Bertambahnya warga masyarakat yang tidak mandiri.
                    
Terutama anak-anak CP yang berhubungan dengan kondisi kelainannya tidak mungkin dapat dikembangkan kemandiriannya, terutama dalam hal produktivitas kerja.
c. Berkurangnya jumlah warga masyrakat yang mampu berperan serta dalam proses pembangunan bangsa. Kelompok ini terutama juga anak-anak CP yang memerlukan perawatan sepanjang hidupnya. Untuk menghindari kesalahpahaman tentang dampak kelainan CP bagi masyarakat diatas, kiranya perlu ditekankan lagi bahwa dampak yang pertama, dapat berlaku bagi keberadaan hampir semua anak CP. Sedang dampak kedua dan ketiga, terutama hana bagi keberadaan anak CP yang sudah tidak mungkn mandiri dan hidup  penuh tergantung pada bantuan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar