A. Hakikat Anak Dengan Hiperaktivitas
Secara umum anak hiperaktif adalah
anak yang tidak mau diam dan selalu bergerak kesana kemari tanpa rasa lelah.
Namun menurut Dr.
Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan
pengertian istilah anak hiperaktif adalah menunjukkan adanya suatu pola
perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap
tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau
impulsif. Sedangkan menurut Sani Budiantini Hermawan, Psi., “Ditinjau secara psikologis
hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal, disebabkan disfungsi
neurologis dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian.
Ada beberapa istilah yang sering dipakai untuk anak-anak yang
menunjukkan gerak secara berlebihan, misalnya hiperaktif sendiri, hiperkinesis,
gangguan impuls hiperkinetik, disfungsi minimal otak, atau sindrom Strauss
(Kauffman, 1985). Para ahli mempunyai
perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi Hiperaktifitas
ke dalam 3 jenis berikut ini:
1)
Tipe anak yang tidak bisa
memusatkan perhatian
Mereka sangat mudah
terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif. Mereka tidak
menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan.
Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada “di
awang-awang”.
2) Tipe
anak yang hiperaktif dan impulsive
Mereka menunjukkan
gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian.
Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.
3)
Tipe gabungan
Mereka sangat mudah
terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak anak termasuk
tipe seperti ini. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku
pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak
menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif
selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang
disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka
beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti
mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.
Ada beberapa gejala dan ciri-ciri yang dapat dilihat untuk
mengetahui anak termasuk hiperaktifitas atau tidak, yaitu:
a. Lari
berkeliaran atau memanjat secara berlebihan
b. Sulit
untuk duduk diam atau terlalu banyak bergerak
- Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
- Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
- Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
- Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.
- Sering memotong atau menyela pembicaraan.
- Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).
- Kemampuan akademik tidak optimal
- Sikap melanggar tata tertib secara impulsif
B. Penyebab Anak Dengan Hiperaktifitas
Penyebab
hiperaktifitas tidak dapat diketahui secara pasti, dikarenakan banyaknya faktor
yang diamsusikan menyebabkan hiperaktifitas. Disfungsi otak merupakan penyebab
yang paling utama atau paling sering dari anak hiperaktifitas. Ada pula
penyebab lain yang dapat membuat anak menjadi hiperaktifitas, antara lain
faktor keturunan. Meskipun hiperaktifitas tidak diturunkan langsung dari orang
tua kepada anaknya, namun penyebab hiperaktifitas dapat terjadi saat ibu
mengandung. Sebagai contoh, apabila ibunya seorang perokok maupun pengguna
narkoba dan minum minuman keras akan berpotensi mengurangi
aktivitas sel saraf yang menghasilkan neurotransmiter. Bisa juga saat ibu hamil
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat-zat yang berbahaya, seperti bahan
pengawat, pewarna, penambah rasa dan sebagainya.
Penyebab lain yang dapat menyebabkan
anak menjadi hiperaktifitas yaitu lingkungan. Lingkungan yang ditempati ibu
hamil dapat menjadi salah penyebab hiperaktifitas, karena adanya zat-zat berbahaya
yang ada ditempat tersebut, seperti serbuk timah dapat terhirup tanpa sadar dan
masuk ke dalam tubuh. Ada pula penyebab berupa gangguan penerangan ruang yang
disertai dengan bau-bauan yang merangsang.
Hiperaktif juga diduga disebabkan oleh
fajtor psikologis. Menurut teori psikoanalisa, hiperaktifitas disebabkan oleh
kurangnya stimulasi, sehingga perilaku hiperaktifitas merupakan usaha anak
untuk mengoptimalkan stimulai syaraf mereka. Sedangkan menurut teori belajar
sosial (social learning theory), perilaku hiperaktif diperoleh dan dipelajari
anak dengan meniru perilaku sejenis pada orang tua, saudara, maupun orang
terdekat lainnya.
C. Penanganan Anak Dengan Hiperaktifitas
Melihat penyebab hiperaktif yang belum
pasti terungkap dan adanya beberapa teori penyebabnya, maka tentunya terdapat
banyak terapi atau cara dalam penanganannya sesuai dengan landasan teori
penyebabnya. Beberapa penanganan anak
hiperaktif antara lain :
1) Medikasi
Penggunaan
obat-obatan untuk menekan sifat hiperaktifitas pada anak. Medikasi yang paling
sering dipakai adalah obat-obat perangsang syaraf seperti methylphenidate atau
dextramphetamine. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun sering
bermanfaat, pengaruh penggunaan sangat aneh dan sukar untuk diduga.
Ada
faktor lain yang ikut mengpengaruhi efektifitas obat, termasuk faktor sosial
dan psikologis anak, seperti sikap anak terhadap perilakunyasendiri dan
keterampilan orang tua mengendalikan perilaku anaknya.
2) Diet
Salah satu penyebab
hiperaktif adalah mengkonsumsi makanan yang mengandung zat-zat berbahaya. Oleh karena
itu cara penanganan yang efektif adalah dengan menghilangkan zat tersebut dari
dalam tubuh dengan cara berdiet. Feingold menganjurkan untuk diet dengan cara
menuntut pantangan berbagai macam makanan, termasuk yang mengandung zat
pewarna, penyedap rasa tiruan, dan sebagainya.
Anak juga tidak
diijinkan menggunakan alat-alat seperti pasta gigi atau obat kumur yang
mengandung zat pewarna atau perasa buatan. Orang tua juga harus menjaga secara ketat
pelaksanaan diat anak, selain itu orang tua juga harus mencatat makanan yang
dimakan oleh anak, jangan sampai anak melanggar pantangan diet yang
dijalaninya.
3) Modifikasi
Tingkah Laku
Modifikasi tingkah laku
merupakan penerapan psikologi behavioristik untuk mengubah perilaku manusia
oleh orang yang bekerja pada profesi ini. Mengubah perilaku hiperaktif anak
berarti menciptakan mekanisme yang memberi konsekuensi yang menyenangkan atas
munculnya perilaku yang diinginkan, dan tidak memberi sama sekali atau memberi
konsekuensi yang tidak menyenangkan atas menculnya perilaku yang tidak
diinginkan.
Keberhasilan modifikasi
tingkah laku sangat bergantung kepada kemampuan menerapkan prinsip-prinsipnya
dalam mengaturkejadian dalam lingkungan anak, misalnya menentukan kapan harus
memberikan hadiahkapan harus memberikan hukuman, jenis penguat apa yang harus
dipakai, dan sebagainya.
4) Lingkungan
yang Tersruktur
Pendekatan ini
menekankan pengeturan lingkungan belajar anak sehingga tidak menjadi penyebab
munculnya perilaku hiperaktif. Beberapa pengaturan yang dilakukan misalnya
dengan mengurangi obyek/benda/warna/suara di kelas yang dapat mengganggu
perhatian anak, pemberian penjelasan secara rinci jenis perilaku yang dapat dan
tidak dapat dilakukan anak di kelas, pemberian konsekuensi (hadiah, hukuman)
yang sangat konsisten bagi setiap perilaku, dan sistem pembelajaran yang
terstruktur.
5) Modeling
Perilaku yang
ditunjukkan oleh anak sering merupakan akibat meniru contoh perilaku yang
diberikan oleh teman maupun orang dewasa. Dengan asumsi ini, sistem meniru atau
modeling dapat dipakai untuk mengurangi perilaku hiperaktif. Penerapannya yaitu
dengan meminta anak atau seseorang yang normal untuk memberikan contoh perilaku
yang baik pada anak hiperaktifdan mendorong agar menjadi modeling.
6) Biofeedback
Biofeedback merupakan
teknik pengendalian perilaku atau proses biologisinternal dengan cara memberi
informasi kepada anak mengenai kondisi perilaku dan tubuhnya.
7)
Terapi sensory integration
Sensory integration adalah
pengorganisasian informasi melalui beberapa jenis rangsangan sensorik, di
antaranya sentuhan, gerakan, kesadaran tubuh dan gravitasi, penglihatan,
pendengaran, pengecapan, dan penciuman yang sangat berguna untuk menghasilkan
respon yang bermakna.
8) Terapi
bermain
yang sangat penting untuk
mengembangkan keterampilan, kemampuan gerak, minat dan terbiasa dalam suasana
kompetitif dan kooperatif saat melakukan kegiatan kelompok.
9) Terapi Kombinasi
Inilah terapi yang
diyakini terbaik karena dibarengi dengan makan obat, sedangkan terapi perilaku
dapat membantu pengelolaan gejala-gejala ADHD dan mengurangi dampaknya pada
anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar