Selasa, 04 Juni 2013

Anak dengan Hiperaktivitas



A.     Hakikat Anak Dengan Hiperaktivitas
Secara umum anak hiperaktif adalah anak yang tidak mau diam dan selalu bergerak kesana kemari tanpa rasa lelah. Namun menurut Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. Sedangkan menurut Sani Budiantini Hermawan, Psi., “Ditinjau secara psikologis hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal, disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian.
Ada beberapa istilah yang sering dipakai untuk anak-anak yang menunjukkan gerak secara berlebihan, misalnya hiperaktif sendiri, hiperkinesis, gangguan impuls hiperkinetik, disfungsi minimal otak, atau sindrom Strauss (Kauffman, 1985).  Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi Hiperaktifitas ke dalam 3 jenis berikut ini:
1)      Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada “di awang-awang”.
2)      Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.
3)      Tipe gabungan
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak anak termasuk tipe seperti ini. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.

Ada beberapa gejala dan ciri-ciri yang dapat dilihat untuk mengetahui anak termasuk hiperaktifitas atau tidak, yaitu:
a.       Lari berkeliaran atau memanjat secara berlebihan
b.      Sulit untuk duduk diam atau terlalu banyak bergerak
  1. Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
  2. Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
  3. Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
  4. Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.
  5. Sering memotong atau menyela pembicaraan.
  6. Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).
  7. Kemampuan akademik tidak optimal
  8. Sikap melanggar tata tertib secara impulsif


B.     Penyebab Anak Dengan Hiperaktifitas
Penyebab hiperaktifitas tidak dapat diketahui secara pasti, dikarenakan banyaknya faktor yang diamsusikan menyebabkan hiperaktifitas. Disfungsi otak merupakan penyebab yang paling utama atau paling sering dari anak hiperaktifitas. Ada pula penyebab lain yang dapat membuat anak menjadi hiperaktifitas, antara lain faktor keturunan. Meskipun hiperaktifitas tidak diturunkan langsung dari orang tua kepada anaknya, namun penyebab hiperaktifitas dapat terjadi saat ibu mengandung. Sebagai contoh, apabila ibunya seorang perokok maupun pengguna narkoba dan minum minuman keras akan berpotensi mengurangi aktivitas sel saraf yang menghasilkan neurotransmiter. Bisa juga saat ibu hamil mengkonsumsi makanan yang mengandung zat-zat yang berbahaya, seperti bahan pengawat, pewarna, penambah rasa dan sebagainya.
Penyebab lain yang dapat menyebabkan anak menjadi hiperaktifitas yaitu lingkungan. Lingkungan yang ditempati ibu hamil dapat menjadi salah penyebab hiperaktifitas, karena adanya zat-zat berbahaya yang ada ditempat tersebut, seperti serbuk timah dapat terhirup tanpa sadar dan masuk ke dalam tubuh. Ada pula penyebab berupa gangguan penerangan ruang yang disertai dengan bau-bauan yang merangsang.
Hiperaktif juga diduga disebabkan oleh fajtor psikologis. Menurut teori psikoanalisa, hiperaktifitas disebabkan oleh kurangnya stimulasi, sehingga perilaku hiperaktifitas merupakan usaha anak untuk mengoptimalkan stimulai syaraf mereka. Sedangkan menurut teori belajar sosial (social learning theory), perilaku hiperaktif diperoleh dan dipelajari anak dengan meniru perilaku sejenis pada orang tua, saudara, maupun orang terdekat lainnya.

C.     Penanganan Anak Dengan Hiperaktifitas
Melihat penyebab hiperaktif yang belum pasti terungkap dan adanya beberapa teori penyebabnya, maka tentunya terdapat banyak terapi atau cara dalam penanganannya sesuai dengan landasan teori penyebabnya. Beberapa penanganan  anak hiperaktif antara lain :
1)      Medikasi
Penggunaan obat-obatan untuk menekan sifat hiperaktifitas pada anak. Medikasi yang paling sering dipakai adalah obat-obat perangsang syaraf seperti methylphenidate atau dextramphetamine. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun sering bermanfaat, pengaruh penggunaan sangat aneh dan sukar untuk diduga.
Ada faktor lain yang ikut mengpengaruhi efektifitas obat, termasuk faktor sosial dan psikologis anak, seperti sikap anak terhadap perilakunyasendiri dan keterampilan orang tua mengendalikan perilaku anaknya.


2)      Diet
Salah satu penyebab hiperaktif adalah mengkonsumsi makanan yang mengandung zat-zat berbahaya. Oleh karena itu cara penanganan yang efektif adalah dengan menghilangkan zat tersebut dari dalam tubuh dengan cara berdiet. Feingold menganjurkan untuk diet dengan cara menuntut pantangan berbagai macam makanan, termasuk yang mengandung zat pewarna, penyedap rasa tiruan, dan sebagainya.
Anak juga tidak diijinkan menggunakan alat-alat seperti pasta gigi atau obat kumur yang mengandung zat pewarna atau perasa buatan. Orang tua juga harus menjaga secara ketat pelaksanaan diat anak, selain itu orang tua juga harus mencatat makanan yang dimakan oleh anak, jangan sampai anak melanggar pantangan diet yang dijalaninya.
3)      Modifikasi Tingkah Laku
Modifikasi tingkah laku merupakan penerapan psikologi behavioristik untuk mengubah perilaku manusia oleh orang yang bekerja pada profesi ini. Mengubah perilaku hiperaktif anak berarti menciptakan mekanisme yang memberi konsekuensi yang menyenangkan atas munculnya perilaku yang diinginkan, dan tidak memberi sama sekali atau memberi konsekuensi yang tidak menyenangkan atas menculnya perilaku yang tidak diinginkan.
Keberhasilan modifikasi tingkah laku sangat bergantung kepada kemampuan menerapkan prinsip-prinsipnya dalam mengaturkejadian dalam lingkungan anak, misalnya menentukan kapan harus memberikan hadiahkapan harus memberikan hukuman, jenis penguat apa yang harus dipakai, dan sebagainya.
4)      Lingkungan yang Tersruktur
Pendekatan ini menekankan pengeturan lingkungan belajar anak sehingga tidak menjadi penyebab munculnya perilaku hiperaktif. Beberapa pengaturan yang dilakukan misalnya dengan mengurangi obyek/benda/warna/suara di kelas yang dapat mengganggu perhatian anak, pemberian penjelasan secara rinci jenis perilaku yang dapat dan tidak dapat dilakukan anak di kelas, pemberian konsekuensi (hadiah, hukuman) yang sangat konsisten bagi setiap perilaku, dan sistem pembelajaran yang terstruktur.
5)      Modeling
Perilaku yang ditunjukkan oleh anak sering merupakan akibat meniru contoh perilaku yang diberikan oleh teman maupun orang dewasa. Dengan asumsi ini, sistem meniru atau modeling dapat dipakai untuk mengurangi perilaku hiperaktif. Penerapannya yaitu dengan meminta anak atau seseorang yang normal untuk memberikan contoh perilaku yang baik pada anak hiperaktifdan mendorong agar menjadi modeling.
6)      Biofeedback
Biofeedback merupakan teknik pengendalian perilaku atau proses biologisinternal dengan cara memberi informasi kepada anak mengenai kondisi perilaku dan tubuhnya.
7)      Terapi sensory integration
Sensory integration adalah pengorganisasian informasi melalui beberapa jenis rangsangan sensorik, di antaranya sentuhan, gerakan, kesadaran tubuh dan  gravitasi, penglihatan, pendengaran, pengecapan, dan penciuman yang sangat berguna untuk menghasilkan respon yang bermakna.
8)      Terapi bermain
yang sangat penting untuk mengembangkan keterampilan, kemampuan gerak, minat dan terbiasa dalam suasana kompetitif dan kooperatif saat melakukan kegiatan kelompok.
9)      Terapi Kombinasi 
               Inilah terapi yang diyakini terbaik karena dibarengi dengan makan obat, sedangkan terapi perilaku dapat membantu pengelolaan gejala-gejala ADHD dan mengurangi dampaknya pada anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar