Selasa, 25 Juni 2013

DEMOKRASI INDONESIA



A.    Sumber Demokrasi Indonesia
Sejak zaman dahulu indonesia sudah menerapkan demokrasi di dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Mohammad Hatta dalam Padma Wahyono (1990), desa-desa di Indonesia sudah menjalankan demokrasi, misalnya dengan pemilihan kepala desa dan adanya rembug desa. Hal tersebut menunjukkan bahwa demokrasi telah berkembang di indonesia mulai dari daerah pedesaan.
Demokrasi di indonesia berasal dari ideologi bangsa indonesia yang telah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Indonesia menganut ideologi pancasila, hal itu berarti demokrasi yang ada di indonesia merupakan demokrasi pancasila. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan kekeluargaan dan gotong-royong yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat, yang mengandung unsur-unsur berkesadaran religius, berdasarkan kebenaran, kecintaan dan budi pekerti luhur, berkepribadian Indonesia dan berkesinambungan.
Menurut Prof. Dardji darmo diharjo, SH, Demokrasi pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber kepada kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang perwujudannya seperti, dalam ketentuan-ketentuan pembukaan UUD 1945.

Selasa, 04 Juni 2013

Anak dengan Hiperaktivitas



A.     Hakikat Anak Dengan Hiperaktivitas
Secara umum anak hiperaktif adalah anak yang tidak mau diam dan selalu bergerak kesana kemari tanpa rasa lelah. Namun menurut Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. Sedangkan menurut Sani Budiantini Hermawan, Psi., “Ditinjau secara psikologis hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal, disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian.
Ada beberapa istilah yang sering dipakai untuk anak-anak yang menunjukkan gerak secara berlebihan, misalnya hiperaktif sendiri, hiperkinesis, gangguan impuls hiperkinetik, disfungsi minimal otak, atau sindrom Strauss (Kauffman, 1985).  Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi Hiperaktifitas ke dalam 3 jenis berikut ini:
1)      Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada “di awang-awang”.
2)      Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.
3)      Tipe gabungan
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak anak termasuk tipe seperti ini. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.

Ada beberapa gejala dan ciri-ciri yang dapat dilihat untuk mengetahui anak termasuk hiperaktifitas atau tidak, yaitu:
a.       Lari berkeliaran atau memanjat secara berlebihan
b.      Sulit untuk duduk diam atau terlalu banyak bergerak
  1. Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
  2. Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
  3. Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
  4. Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.
  5. Sering memotong atau menyela pembicaraan.
  6. Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).
  7. Kemampuan akademik tidak optimal
  8. Sikap melanggar tata tertib secara impulsif